Praktikum Bahan Bangunan Laut Kelompok 1 - Pekan ke - 1
Judul praktikum ini adalah Pemeriksaan Parameter Material
Pembentuk Beton
Pada minggu pertama praktikum ini, kami melakukan uji
kelayakan terhadap material - material yang akan kami gunakan untuk membuat
beton
Ada 7 percobaan yang kami lakukan, antara lain :
1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan Praktikum ini ialah untuk memeriksa kadar air agregat yang adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen dan berfungsi sebagai koreksi terhadap pemakaian air untuk campuran beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
Alat dan Bahan
a) Timbangan
dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b) Oven yg
bersuhu sampai 110,5oC
c) Talam logam
tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tmp pengeringan benda uji
d) Berat minimum
contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg
Prosedur Percobaan
1. Talam
ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
2. Benda uji
dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang.
Berat dicatat sebagai W2.
4. Contoh benda
uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC
hingga beratnya tetap
5. Setelah kering
contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6. Berat benda
uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4-W1
Perhitungan
Kadar air dalam agregat =
((W3 - W5)/W3 )X 100%
Keterangan:
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)
Dari percobaan ini, kelompok kami mendapat hasil kadar air
pada agregat kasar sebesar 6,2482 % dan
kadar air pada agregat halus sebesar 1,755 %.
2. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan berat volume
agregat halus, kasar atau campuran yang didefinisikan sebagai perbandingan
antara berat material kering dan volumenya
Alat dan bahan
a) Timbangan
dengan ketelitian 0,1% berat contoh
b) Talam
kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c) Tongkat
pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja
tahan karat
d) Mistar perata
e) Sekop
f) Wadah baja
yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
g) Agregat kasar
dan agregat halus dalam kondisi kering
Hasil percobaan kelompok kami ialah berat volume agregat
kasar pada kondisi gembur 1,3011 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat kasar
pada kondisi padat adalah 1,464 Kg/L. selain itu, didapatkan berat volume
agregat halus pada kondisi gembur adalah 1,6553 Kg/L. Sedangkan, berat volume
agregat halus pada kondisi padat adalah 1,743 Kg/L. Dapat disimpulkan berat volume padat baik
pada agregat kasar maupun agregat halus lebih berat daripada berat volume
gembur. Hal ini terjadi karena perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan
tersebut yaitu dipadatkan dan tidak dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan
maka rongga udara di sela-sela terisi sehingga rongga udara pada kondisi padat
lebih sedikit daripada saat kondisi gembur.
3. Analisis Specific
Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent specific gravity dan penyerapan
(absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128. Nilai
ini diperlukan untuk menetapkan
besarnya komposisi volume agregat dalam campuran beton.
Alat dan Bahan
a) Timbangan
dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
b) Piknometer
dengan kapasitas 500 gram
c) Cetakan
kerucut pasir
d) Tongkat
pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
e) Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak
500 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau
cara perempatan.
Perhitungan
Apparent
Specific-Gravity = E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity
Kondisi Kering = E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity
Kondisi SSD = B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi = ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering
gravity kering, bulk
specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat halus
berturut-turut adalah 2,6191%, 2,5515%, 2,57732%, 1,101%. Data-data tersebutakan
digunakan
untuk menghitung koreksi berat agregat halus dan air pada
mix design. Berat agregat halus harus
dikoreksi karena diasumsikan semua agregat halus dalam
kondisi SSD namun pada kenyataannya
tidak demikian.
4. Analisis Specific
Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar
Percobaan ini bertujuan menentukan bulk dan apparent specific
gravity dan
penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127.
Nilai ini nantinya akan digunakan
untuk menetapkan besaran komposisi volume agregat dalam
adukan beton.
Alat dan Bahan
a) Timbangan
dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 kg
b) Keranjang besi
dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
c) Alat
penggantung keranjang
d) Oven
e) Handuk atau
kain pel
f) Sebelas liter
(sekitar 3 kg) agregat dalam keadaan SSD, yang didapat dari cara pengambilan
sample dengan alat pemisah atau cara perempatan. Untuk agregat lewat saringan no
4 tidak diperkenankan sebagai benda uji.
Perhitungan
Apparent Specific Gravity
= C/(C-B)
Bulk Specific Gravity
kondisi kering = C/(A-B)
Bulk Specific Gravity kondisi
SSD = A/(A-B)
Persentase absorbsi = ((A-C)/C) x 100%
Keterangan:
A = berat (gram) contoh SSD
B = berat (gram) contoh dalam air
C = berat (gram) kering di udara
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific
gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan
presentase absorpsi air agregat kasar
berturut-turut adalah 2,82545%, 2,6593%, 2,71815%, 2,2158%. Data-data tersebut akan
digunakan
untuk menghitung koreksi berat agregat kasar dan air pada
mix design. Berat agregat kasar harus
dikoreksi karena diasumsikan semua agregat kasar dalam
kondisi SSD namun pada kenyataannya
tidak demikian.
5. Analisis Saringan Agregat Halus
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus. Data
perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam
perencanaan adukan beton. Pelaksanaan
penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan
agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
Alat dan Bahan
a) Timbangan
dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b) Seperangkat
saringan dengan ukuran:
c) Oven yang
dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)oC
d) Alat
pemisah contoh (sample spliter)
e) Mesin
penggetar saringan
f) Talam-talam
g) Kuas,
sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
h) Benda uji
diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh
disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada
tabel perangkat saringan.
Penyaringan Agregat Halus |
Perhitungan
Menghitung persentase berat benda uji yang bertahan di atas
masing-masing saringan terhadap berat total benda uji.
Menghitung Modus Kehalusan:
Modulus Kehalusan = Persentase tertahan kumulatif / 100
Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
apakah agregat halus yang ada layak atau tidak untuk digunakan. Hasil percobaan
yang kami lakukan ialah masih terdapat agregat yang tidak berada diantara batas
atas dan batas bawah sehingga kurang layak untuk digunakan. Kondisi tidak ideal
ini dapat terjadi karena ada banyak kemungkinan error yang terjadi terutama
saat teknis menyaring (mengguncang) yang kurang intens dan merata, kemudian
karena ada agregat yang seharusnya lolos, tetapi menjadi tidak lolos karena
tertutup dengan agregat halus yang lainnya. Untuk mendapatkan kondisi ideal,
yang harus dilakukan adalah pada pengguncangan atau penyaringan, yaitu kegiatan
penyaringan harus dilakukan dengan merata dan dengan tepat.
6. Analisis Saringan Agregat Kasar
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
Alat dan Bahan
a) Saringan
no. 16 dan 200
b) Oven yang
dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)oC
c) Timbangan
dengan ketelitian 0,1% berat contoh
d) Talam
berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
e) Sekop
f) Wadah
pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu
diguncang – guncangkan benda uji/air tidak tumpah
g) Agregat
kasar dengan berat minimum contoh agregat adalah 500 gram.
Menghitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas
masing-masing saringan terhadap berat total benda uji
Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
apakah agregat kasar yang ada layak atau tidak untuk digunakan. Hasil percobaan
kami ialah didapatkan persebaran benda uji agregat kasar selalu berada diantara
batas atas dan batas bawah sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang
ada layak untuk digunakan.
7. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya
persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran
beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat
halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang baik.
Alat dan Bahan
a) Gelas
ukur
b) Alat
pengaduk
c) Contoh
pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.
Perhitungan
Kadar lumpur = V2/(V1+V2) x
100%
Hasil percobaan kami ialah kadar lumpur dalam agregat halus
adalah 3.19%. Artinya agregat ini baik bagi mix design beton. Karena syarat
untuk dapat menghasilkan beton yang baik adalah kadar lumpur <5%.
8. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk
menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada
campuran beton. Kandungan bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi
mutu beton yang direncanakan.
Alat dan Bahan
a) Botol
gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup. Dari karet gabus atau lainnya yang
tidak larut dalam NaOH
b) Standard
warna (Organic plate)
c) Larutan
NaOH 3%
Berdasarkan pengamatan kelompok kami, diperoleh hasil
percobaan berupa warna larutan yang putih keruh (no. 2). Warna larutan yang
tidak menunjukkan warna hitam mengindikasikan bahwa pasir memiliki kandungan
bahan organik dalam batas wajar. Secara Kuantitatif batas wajar yang
diperbolehkan adalah warna No. 3 pada organic
plate.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa agregat mengandug zat
organik dalam batas wajar sehingga agregat layak digunakan untuk mix design.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar