Sabtu, 12 Desember 2015

Praktikum Bahan Bangunan Laut 1


Praktikum Bahan Bangunan Laut Kelompok 1 - Pekan ke - 1
Judul praktikum ini adalah Pemeriksaan Parameter Material Pembentuk Beton
Pada minggu pertama praktikum ini, kami melakukan uji kelayakan terhadap material - material yang akan kami gunakan untuk membuat beton

Ada 7 percobaan yang kami lakukan, antara lain :

1. Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Tujuan Praktikum ini ialah untuk memeriksa kadar air agregat yang  adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam  persen dan berfungsi sebagai koreksi terhadap pemakaian air untuk campuran beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.


Alat dan Bahan
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b)      Oven yg bersuhu sampai 110,5oC
c)      Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tmp pengeringan benda uji
d)     Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg

Prosedur Percobaan
1.      Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
2.      Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang. Berat dicatat sebagai W2.
3.      Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W1
4.      Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga beratnya tetap
5.      Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
6.      Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4-W1

Perhitungan
Kadar air dalam agregat =
((W3 - W5)/W3 )X 100%
Keterangan:
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)

Dari percobaan ini, kelompok kami mendapat hasil kadar air pada agregat kasar sebesar 6,2482 % dan  kadar air pada agregat halus sebesar 1,755 %.


2. Pemeriksaan Berat Volume Agregat  

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar atau campuran yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dan volumenya

Alat dan bahan
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
b)      Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c)      Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
d)     Mistar perata
e)      Sekop
f)       Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
g)      Agregat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering

Hasil percobaan kelompok kami ialah berat volume agregat kasar pada kondisi gembur 1,3011 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat adalah 1,464 Kg/L. selain itu, didapatkan berat volume agregat halus pada kondisi gembur adalah 1,6553 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi padat adalah 1,743 Kg/L.  Dapat disimpulkan berat volume padat baik pada agregat kasar maupun agregat halus lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini terjadi karena perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan tersebut yaitu dipadatkan dan tidak dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan maka rongga udara di sela-sela terisi sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi gembur.


3. Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent specific gravity dan penyerapan
(absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan
besarnya komposisi volume agregat dalam campuran beton.

Alat dan Bahan
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
b)      Piknometer dengan kapasitas 500 gram
c)      Cetakan kerucut pasir
d)      Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
e)      Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 500 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.

Pemeriksaan Kondisi SSD Agregat Halus
Pencampuran Agregat Halus SSD dengan Air


Perhitungan
Apparent Specific-Gravity = E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering  = E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD = B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi = ( B – E ) / E x 100%

Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific
gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat halus
berturut-turut adalah 2,6191%, 2,5515%,  2,57732%, 1,101%. Data-data tersebutakan digunakan
untuk menghitung koreksi berat agregat halus dan air pada mix design. Berat agregat halus harus
dikoreksi karena diasumsikan semua agregat halus dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya
tidak demikian.

4. Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar

Percobaan ini bertujuan menentukan bulk dan apparent specific gravity dan
penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127. Nilai ini nantinya akan digunakan
untuk menetapkan besaran komposisi volume agregat dalam adukan beton.

Alat dan Bahan
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dan kapasitas minimum 5 kg
b)      Keranjang besi dengan diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)
c)      Alat penggantung keranjang
d)     Oven
e)     Handuk atau kain pel
f)  Sebelas liter (sekitar 3 kg) agregat dalam keadaan SSD, yang didapat dari cara pengambilan sample dengan alat pemisah atau cara perempatan. Untuk agregat lewat saringan no 4 tidak diperkenankan sebagai benda uji.

Penimbangan Agregat Kasar dalam Air
Pengeringan Agregat Kasar

Perhitungan
Apparent Specific Gravity = C/(C-B)
Bulk Specific Gravity kondisi kering = C/(A-B)
Bulk Specific Gravity kondisi SSD = A/(A-B)
Persentase absorbsi = ((A-C)/C) x 100%
Keterangan:
A = berat (gram) contoh SSD
B = berat (gram) contoh dalam air
C = berat (gram) kering di udara

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific
gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat kasar
berturut-turut adalah 2,82545%, 2,6593%,  2,71815%, 2,2158%. Data-data tersebut akan digunakan
untuk menghitung koreksi berat agregat kasar dan air pada mix design. Berat agregat kasar harus
dikoreksi karena diasumsikan semua agregat kasar dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya
tidak demikian.

5. Analisis Saringan Agregat Halus

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Data
perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan
penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.

Alat dan Bahan
a)            Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b)            Seperangkat saringan dengan ukuran:
c)            Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)oC
d)            Alat pemisah contoh (sample spliter)
e)            Mesin penggetar saringan
f)             Talam-talam
g)            Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya
h)            Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.

Penyaringan Agregat Halus
Perhitungan
Menghitung persentase berat benda uji yang bertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji.
Menghitung Modus Kehalusan:
Modulus Kehalusan = Persentase tertahan kumulatif / 100

Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang ada layak atau tidak untuk digunakan. Hasil percobaan yang kami lakukan ialah masih terdapat agregat yang tidak berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga kurang layak untuk digunakan. Kondisi tidak ideal ini dapat terjadi karena ada banyak kemungkinan error yang terjadi terutama saat teknis menyaring (mengguncang) yang kurang intens dan merata, kemudian karena ada agregat yang seharusnya lolos, tetapi menjadi tidak lolos karena tertutup dengan agregat halus yang lainnya. Untuk mendapatkan kondisi ideal, yang harus dilakukan adalah pada pengguncangan atau penyaringan, yaitu kegiatan penyaringan harus dilakukan dengan merata dan dengan tepat.

6. Analisis Saringan Agregat Kasar

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
Alat dan Bahan
a)            Saringan no. 16 dan 200
b)            Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)oC
c)            Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
d)            Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
e)            Sekop
f)             Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu diguncang – guncangkan benda uji/air tidak tumpah
g)            Agregat kasar dengan berat minimum contoh agregat adalah 500 gram.

Penyaringan Agregat Kasar

Perhitungan
Menghitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji

Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat kasar yang ada layak atau tidak untuk digunakan. Hasil percobaan kami ialah didapatkan persebaran benda uji agregat kasar selalu berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang ada layak untuk digunakan.

7. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang baik.

Alat dan Bahan
a)            Gelas ukur
b)            Alat pengaduk
c)            Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.

Pengadukan Agregat Halus

Perhitungan
Kadar lumpur = V2/(V1+V2) x 100%

Hasil percobaan kami ialah kadar lumpur dalam agregat halus adalah 3.19%. Artinya agregat ini baik bagi mix design beton. Karena syarat untuk dapat menghasilkan beton yang baik adalah kadar lumpur <5%.

8. Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus

Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.

Alat dan Bahan
a)            Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai  tutup. Dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH
b)            Standard warna (Organic plate)
c)            Larutan NaOH 3%
d)            Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol)

Hasil Uji Kadar Zat Organik
Organic Plate
Berdasarkan pengamatan kelompok kami, diperoleh hasil percobaan berupa warna larutan yang putih keruh (no. 2). Warna larutan yang tidak menunjukkan warna hitam mengindikasikan bahwa pasir memiliki kandungan bahan organik dalam batas wajar. Secara Kuantitatif batas wajar yang diperbolehkan adalah warna No. 3 pada organic plate.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa agregat mengandug zat organik dalam batas wajar sehingga agregat layak digunakan untuk mix design.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar